Keyakinan, Kesabaran dan Kepastian
Terbilang cukup lama kami saling mengenal satu sama lain, saling tahu bagaimana kepribadian masing-masing, saling tahu hobby dan kebiasaan masing masing, dan saling menyayangi satu sama lain. Namun kami belum sempat bertemu, pertemuan ternyata bukan hal yang mudah, selalu ada penghalang yang membuat kami sulit untuk bertatap muka. Facebook, Twitter dan Provider menjadi saksi buta perjalanan hubungan kami.
Suatu waktu ia berkata "kita pacaran nya kalau kita udah ketemu ya" mungkin agak mengagetkan, namun saat itu hubungan kami memang sudah bisa di katakan berpacaran namun tanpa status yang jelas. Aku terus mengingat ucapanya dan aku belum bisa bertemu denganya namun rasa sangat ingin memiliki nya semakin besar dan besar. Aku takut dan bingung kalau-kalau ia berkata tidak, aku takut untuk maju, tapi aku juga enggan untuk mundur.
Hingga suatu hari muncul ide gila ku untuk menyatakan rasa ini, bukan hanya sekedar kata-kata yang biasa ku ucap "aku sayang kamu" tapi mungkin kali ini agak sedikit bermakna. Aku mengumpulan Keyakinan dan Memastikan aku benar memilih dia, aku ingin memiliki dia, aku ingin denganya, aku berusaha sabar untuk menunggu keyaktenarhin ku bulat, hingga hari itupun tiba, aku mengungkap kan-nya, rasa yang dari dulu ku pendam, yang dari dulu hanya ku rasakan, namun kini bisa ku bagikan.
Step One
Akhirnya kami resmi, resmi menjadi sepasang kekasih hehehe B-) dan aku resmi bermusuhan dengan adik ku yang semakin benci melihat hubungan kami, namun aku terus tetap melangkah ke depan tanpa memperdulikan orang lain, dan lama kelamaan semua keluarga ku bisa menerima nya, terlebih lagi dia sesosok orang yang spesial di mata keluargaku.
Belum ada pertengkaran yang terjadi, kemsraan selalu tercipta di setiap obrolan kami, 24 jam rasanya tidak cukup untuk mengobati rasa rindu kami, pukul 12 adalah hal yang paling aku benci, karna kami harus berpisah untuk beristirahat namun terkadang kami membangkang dan kami tidak tidur hanya untuk membahas apapun yang ingin kami bahas, apapun itu, dahulu, kini menjadi hal yang paling kami rindukan.
Step Two
Perdebatan mulai muncul, perbedaan pendapat sering terjadi, pertengkaran dan kata putus tidak bisa terhindar, kami memang saling menyaynngi tapi itu saja tidaklah cukup. Terkadang rasa kepercayaan menghilang begitu saja, cemburu yang berlebihan tidak jarang selalu muncul. Rasa itu makin mendalam, aku makin mencintainya. Namun, aku tidak tahu apakah juga sebesar itukah dia mencintaiku. Karna rasa cintaku yang semakin membesar membuatku terus melindunginya, dan mungkin agak terkesan belebihan.
Aku melarangnya berteman, mentionan, saling follow, mengobrol dengan teman laki-laki di sekolahnya, aku sangat membencinya dan aku sangat cemburu. Awalnya ia menuruti kemauanku, dengan tidak follow mereka, tidak berteman di BBM, tidak menyimpan nomornya. Aku sangat bahagia karna ku pikir ia sangat memahamiku.
Sampai suatu ketika perdebatan kembali muncul, kami bertengkar, kami berpisah. Aku sangat sedih, namun saat kesedihanku mulai menghilang aku menyadari ternyata ia mengabaikan apa yang tidak aku sukai, ia berteman dengan semua temanya, namun bukan hanya itu. Tapi dia menganggap lebih salah satu teman yang menemaninya, saat aku tidak ada di sisinya.
Dan saat itu juga ia baru bisa jujur kepadaku, bahwa ia tidak menyukai cara ku yang berlabihan, aku sedih namun aku tetap memahaminya, seandainya ia berkata seperti itu saat aku mulai melarangnya, mungkin aku akan berusaha memahaminya dan tidak merasakan kekesalan yang sedalam itu.